Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan Parvoviridae. Parvovirus merupakan virus yang gampang menular dan
menyerang anjing segala usia, namun kematian akibat infeksi parvovirus umunya
terjadi pada anak anjing. Infeksi virus ini menyerang saluran pencernaan yang
mengakibatkan diare dan muntah. Virus ini dapat ditularkan melalui tinja anjing
sakit yang dapat terbawa pada sepatu, baju maupun lalat.
Seperti halnya
distemper, penyakit ini tidak dapat diobati sehingga vaksinasi merupakan
alternatif yang terbaik. Vaksinasi awal dimulai pada saat anak anjing berumur 6
minggu kemudian diikuti dengan pengulangan. Vaksinasi parvovirus biasanya
diberikan bersama-sama dengan vaksinasi distemper. Ras anjing yang sangat
sensitif terhadap virus ini antara lain : Rottweiler, Doberman Pincher dan
German Shepherd.
1.
Etiologi dan Patogenesa
Parvo virus adalah
penyakit infeksi yang cukup sering terjadi pada anjing. Penyakit ini disebabkan
oleh Canine Parvovirus type 2 (CPV 2). Virus ini banyak menyerang anjing
muda, yaitu pada usia 6 - 16 minggu, namun anjing tua juga dapat terjangkit
walaupun jarang. Semua ras anjing dapat terserang virus ini terutama untuk ras
Rottweiler, Dobermann, Golden Retriever dan Labrador Retriever.
Adapun beberapa
sifat dari penyakit ini adalah :
· Merupakan
penyakit sistemik akut dengan ciri khas enteritis hemoragi.
· Fatal
pada anak anjing dengan gejala kolaps sperti shock serta mati tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda enteric.
· Juga
bisa ditemukan dalam bentuk myocarditis.
· Sebagian
besar anak anjing terlindung dari infeksi ini pada saat neonatal oleh antibodi
maternal.
· Virus
ini bersirkulasi dalam tubuh anak anjing.
Patofisiologi yang ditemukan pada penyakit
ini adalah :
· Canine
Parvovirus (CPV) sangat berhubungan erat dengan Feline Panleukopenia Virus dan
beberapa jenis parvovirus lainnya yang menginfeksi carnivora.
· Virus
ini membalah secara aktif dalam tubuh hewan.
· Setelah
masuknya virus ini secara ingesti dalam kurun waktu 2-4 hari akan terjadi
periode viremia yang bersamaan dengan bertumbuhnya virus pada jaringan
limfatik.
· Infeksi
limfatik pada awalnya dihubungkan dengan linpopenia dan infeksi pencernaan yang
diikuti oleh tanda-tanda klinis.
· Pada
hari ke-3 setelah infeksi akan ditemukan pembelahan pada crypta sel pada lapisan
epitel dinding usus halus.
· Virus
sudah dapat ditemukan didalam feses pada hari ke 3-4 setelah terinfeksi sampai
ditemukannya gejala-gejala klinis.
· Virus
akan berhenti tumbuh pada hari ke 8-12.
· Absorpsi
endotoxin bakteri dari mukosa usus yang rusak memainkan peranan yang paling
penting dalam penyebaran penyakit ini.
· Tingkat
keparahan penyakit ini tergantumg pada dosis viral serta tipe antigenic yang
dihasilkannya.
Adapun sistem yang
dipengaruhi oleh penyakit ini antara lain :
1.
Cardiovascular, myocarditis diikuti
dengan kematian tiba-tiba.
2.
Gastrointestinal, perubahan
pada crypta sel pada dinding usus halus yang berbatasan dengan epitelium,
kadang-kadang diikuti dengan diare, hemoragi, muntah dehidrasi, shock septic
serta endotoxin.
3.
sistem
limfaticus dan imun.
2. Gejala Klinis
Gejala penyakit Parvo yang paling spesifik
adalah muntah dan diare berdarah yang terjadi berulang-ulang. Gejala lainnya
adalah lesu, tidak mau makan dan demam. Bila muntah dan diare berlangsung terus
maka anjing akan mengalami dehidrasi dan kehilangan berat badan Tanpa adanya
penanggulangan yang tepat maka anak anjing biasanya tidak dapat bertahan hidup.
Gejala umum penyakit ini adalah hilangnya
napsu makan, muntah, sampai dengan diare berdarah. Virus ini juga dapat menekan sistem kekebalan
sehingga anjing dapat dengan mudah terinfeksi oleh bakteri. Kematian biasanya
diakibatkan oleh dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh akibat diare dan muntah
yang hebat.
3.
Diagnosa
Diagnosa Parvo
Virus dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis nya, atau yang lebih modern
adalah dengan memakai kit diagnostik parvo dengan sample dari kotoran/feses
anjing.
Differensial
Diagnosa
·
Infeksi
Canine Coronavirus
·
Salmonellosis, collibasillosis,
dan infeksi bakteri enteric lainnya.
·
Adanya
benda asing dalam saluran pencernaan.
·
Parasit
gastrointestinal.
·
Gastroenteritis
hemoragi.
·
Keracunan.
Adapun test yang
dalam dilakukan dalam pengujian sampel ini antara lain:
1.
Urinalisis
dan Biokimia ditemukan adanya :
· limpopenia
· neutropenia
· leukosis umumnya ditemukan selama masa
penyembuhan.
· Gambaran kimia serum membantu
memperkirakan ketidakseimbangan elektrolit (terutama pada kasus hipocalsemia
yang berhubungan dengan dehidrasi, panhipoproteinemia, dan hipoglisemia)
2.
Test
serologis tidak terlalu diagnostik karena anjing kadang-kadang memiliki titer
antibodi yang tinggi karena vaksinasi atau antibodi maternal.
4.
Pengobatan
Terapi infeksi
Parvo virus meliputi terapi simptomatis dan supportif. Terapi supportif berupa
pamberian infus diperlukan mengingat hewan kehilangan elektrolit tubuh akibat
diare dan muntah. Penggantian
cairan yang hilang dilakukan dengan memberikan infus Lactat Ringer dan 5 %
Dextrose. Antibiotik yang dapat digunakan adalah antibiotik spektrum luas di
antaranya Ampicillin dan Gentamicin. Antibiotik ini bertujuan untuk mencegah
infeksi skunder akibat kondisi hewan yang lemah. Anti muntah dan vitamin juga
dapat diberikan.
5.
Pencegahan
Berikut ini adalah
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi Parvo Virus :
·
Membeli anjing yang telah
divaksin terhadap Parvo
·
Induk anjing sebelum dipacak
harus dilengkapi vaksinasinya, agar anakan mendapat maternal immunity yang
cukup dari air susu induknya.
·
Lingkungan
tempat tinggal anjing harus selalu dijaga kebersihannya.
·
Nutrisi
dan gizi untuk anak anjing harus diperhatikan untuk meningkatkan daya tahan
tubuhnya.
·
Anakan
anjing berusia di bawah 3 bulan sebaiknya tidak kontak dengan anjing lain yang
belum jelas status kesehatannya.
Follow twitter @ardas__bgenk or Facebook : Hardiansyah GS
email : drh.hardiansyah@gmail.com