Infectious Bursal Disease (IBD)
merupakan penyakit pada ayam yang pertama kali dilaporkan oleh Cosgrove pada
tahun 1962 berdasarkan kasus yang terjadi pada tahun 1957 di desa
Gumboro-Delaware, negara bagian Amerika Serikat. Sesuai dengan nama asal daerah
ditemukannya, penyakit ini dikenal juga sebagai Gumboro. Penyebab penyakit IBD
adalah virus yang berbentuk icosahedral yang terdiri dari 2 segmen untaian
ganda RNA, yang termasuk dalam family Birnaviridae (Lukert dan Saif,
2003).
Infectious Bursal
Disease (IBD) merupakan
penyakit viral pada unggas yang disebabkan oleh Birnavirus. Penyakit IBD
bersifat akut, sangat menular dan imunosupresi. Penyakit IBD merupakan salah
satu penyakit unggas yang menimbulkan masalah bagi industri perunggasan sejak
lama (Butcher and Milles, 2005). Hal tersebut diakibatkan oleh aktivitas
virus IBD yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh atau menyebabkan efek imunosupresi
dan angka kematian pada ayam akan lebih tinggi bila terjadi infeksi sekunder
(Rumawas, 1992).
Bursa Fabrisious of Chicken |
Virus very virulent IBD (vvIBDv)
bersifat sangat menular dan akut, menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Penyakit ini berdampak ekonomis karena menyerang organ pertahanan
ayam yaitu bursa Fabricius sehingga merugikan peternak. Ayam yang
terserang IBD menjadi rentan terhadap infeksi sekunder, serta mengakibatkan
kegagalan vaksinasi (Lukert dan Saif, 2003). Penyebaran penyakit sudah sampai
ke Indonesia pada tahun 1983, ketika ditemukan kasus di Sawangan, Bogor (Partadiredja
et al., 1983). Pada periode tahun 1990-an, penyakit IBD telah menyebar
ke berbagai wilayah di Indonesia dan hasil isolasi dan identifikasi menunjukkan
bahwa hampir semua isolate yang diperoleh berkerabat dekat dengan virus very
virulent IBD (vvIBDv) (Parede et al., 2003).
Vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap penyakit IBD. Selama ini vaksinasi terhadap ayam khususnya ayam niaga
telah dilakukan secara rutin di lapangan, namun demikian kasus IBD masih sering
terjadi. Beberapa faktor diduga berkontribusi terhadap keberhasilan vaksinasi.
Salah satu diantaranya adalah potensi vaksin. Pemeriksaan terhadap potensi
vaksin impor komersial yang beredar di Indonesia menunjukkan bahwa beberapa
vaksin tidak dapat melindungi ayam dari uji tantang terhadap virus lapangan.
Potensi vaksin berkisar 0% sampai dengan 80% (Soedijar dan Malole, 2004). Hal
ini kemungkinan disebabkan virus yang digunakan sebagai vaksin mempunyai
perbedaan antigenik dengan virus lapangan, karena virus IBD merupakan virus RNA
sehingga mudah mengalami mutasi. Kabell et al. (2005) menyatakan bahwa
virus yang sangat ganas terdeteksi pada ayam yang telah divaksinasi.
Masih ingin kelanjutan dari Artikel di tambah Laporan IBD / Gumboro yang terjadi di Aceh ?? Silahkan download pada Link di Bawah ini. Gratis !!!
Semoga Ilmu yang disampaikan dapat bermanfaat bagi usaha Ternak Unggas khususnya Ayam dan bagi setiap Profesi yang berkaitan dengan Veteriner dan Peternakan. Terima Kasih.
=========================================================
HEMAT PANGKAL KAYA - BOROS PANGKAL MISKIN
*Jangan di lupakan ya Pepatah Dahulu. BENAR..
Follow twitter @ardas__bgenk or Facebook : Hardiansyah GS
email : drh.hardiansyah@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar