Feline Enteric Coronavirus
(FEC) adalah penyakit serius yang hampir selalu berakibat kematian bagi kucing.
1.
Etiologi dan Patogenesa
Penyakit ini disebabkan oleh
coronavirus (feline corona virus/FcoV), yaitu sejenis keluarga virus yang juga
menyerang anjing, babi dan beberapa spesies virus ini dapat menyerang manusia.
Tetapi virus yang menyebabkan FIP pada kucing, tidak dapat menyerang manusia.
Adapun penyakit ini bersifat:
·
Penyakit
ini terjangkit secara sporaradik yang hampir ditemukan di seluruh dunia.
·
Infeksi
penyakit ini juga terjadi secara simultan dan kadang-kadang bersifat fatal.
·
Tidak
terjadi viremia ataupun manifestasi penyakit sistemik lainnya.
Coronavirus yang relatif tidak
berbahaya dan biasa menyerang kucing yaitu Feline Enteric Coronavirus (FECV).
FECV yang bermutasi menjadi virus ganas disebut Feline Infectious Peritonitis
Virus (FIPV). Bila respon kekebalan tubuh kucing kurang baik, FECV yang
bermutasi jadi FIPV ini dapat menyebabkan penyakit sistemik yang disebut Feline
Infectious Peritonitis (FIP).
Penyakit ini bermanifestasi
dalam dua bentuk : basah dan kering. Tipe basah menyebabkan sekitar
60-70% dari keseluruhan kasus penyakit ini dan lebih ganas dari tipe kering.
Bentuk penyakit yang muncul sangat tergantung pada reaksi kekebalan tubuh
kucing. Bila kekebalan tubuh bereaksi cepat biasanya yang muncul adalah tipe
kering. Sebaliknya bila kekebalan tubuh lambat bereaksi, maka tipe basah yang
muncul.
Bila respon kekebalan tubuh
cukup kuat, gejala penyakit bisa tidak muncul tetapi kucing dapat menjadi
carrier dan dapat menularkan virus selama beberapa tahun hingga kekebalan
tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit. Seiring dengan berkurangnya kekebalan,
penyakit akan semakin berkembang hingga timbul gejala sakit dan akhirnya
menyebabkan kematian.
Ada dua strain virus penyebab
penyakit ini, yaitu FcoV –1 dan FcoV-2, sekitar 85 % penyakit FIP disebabkan
oleh strain pertama. Kejadian penyakit FIP sekitar 1 % dari total kucing
sakit yang dibawa ke dokter hewan untuk diobati.
Penyakit ini biasa menyerang
kucing, terutama kucing-kucing cattery penampungan hewan, dimana terdapat
sejumlah besar kucing dewasa & anakan hidup bersama. Diperkirakan sekitar
10-20 % kucing pada tempat-tempat yang positif mengandung FECV, terinfeksi
FIP. Sekitar 2 % kasus penyakit terjadi pada pemeliharaan
kucing kurang dari tiga ekor.
Kucing sehat tertular melalui
kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi atau kotorannya (feces). Kucing
yang terinfeksi menyebarkan virus melalui liur dan feces. Penularan terutama
terjadi melalui kontak feces dengan mulut, lainnya melalui liur atau lendir
saluran pernafasan.
Virus FIP dapat bertahan hidup
selama 2 – 3 minggu dengan suhu ruangan pada permukaan kering, termasuk pada
peralatan makan kucing, mainan, kotak kotoran (litter), tempat tidur (bedding),
pakaian kucing (clothing) atau rambut kucing. Induk yang carrier dapat
menularkan virus ke anaknya.
Menurut para ahli, kucing
jarang tertular virus FIP secara langsung. Sebagian besar penyakit FIP yang
terjadi diduga berasal dari mutasi FECV yang memang banyak terdapat pada
pencernaan kucing dan relatif tidak berbahaya.
2.Gejala Klinis
Sebagian besar kucing yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata, tetapi sebenarnya virus tetap
berkembang di dalam tubuh. Setelah kontak, virus mulai berkembang di
tenggorokan dan usus halus kucing. Kemudian pindah ke paru-paru, perut dan
menyebar diseluruh usus. Sekitar 1 – 10 hari kemudian virus sudah dapat
ditularkan ke kucing lain.
Selama infeksi ini, gejala
yang muncul bisa berupa bersin-bersin, mata berair, lendir hidung yang
berlebihan, diare, berat badan berkurang, lemah & lesu. Gejala yang muncul
bisa juga non spesifik seperti : hilang nafsu makan, depresi, rambut kasar dan
demam.
Pada bentuk basah terjadi
akumulasi cairan di rongga perut dan rongga dada, menyebabkan menyebabkan
pembengkakan daerah perut (biasanya tanpa rasa sakit) disertai kesulitan bernafas.
Pada bentuk kering, cairan
yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul tergantung organ yang
terinfeksi virus. Sekitar setengah dari kasus bentuk kering, menunjukkan gejala
radang mata atau gangguan syaraf seperti : lumpuh, cara berjalan yang tidak
stabil dan kejang-kejang. Gejala lainnya bisa berupa gagal ginjal atau
pembengkakan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang drastis, gangguan
pankreas dan sering disertai demam. Gejala lain berupa muntah, diare &
icterus (warna kekuningan pada kulit dan selaput lendir).
Anjing liar dan anjing
domestik besar kemungkinannya untuk terserang penyakit ini, selain itu pentakit
ini juga menyebabkan infeksi tidak nyata pada kucing dimana dapat menyerang
semua jenis hanjing dengan semua tingkatan umur.
Gejala klinis yang dapat
diamati antara lain:
·
Pada
dewasa sebagian besar infeksi tidak kelihatan.
·
Pada
anak anjing mengarah ke kasus enteritis fatal.
·
Masa
inkubasi 1-3 hari.
·
Muntah
secara tiba-tiba
·
Diare
dan kehilangan cairan bisa terjadi beberapa hari hingga berminggu-minggu.
·
Anorexia
dan depresi.
·
Kadang-kadang
demam
·
Gangguan
pernapasan.
3. Diagnosa
Prosedur diagnosa:
- Isolasi virus dari feses yang kemudian
ditanam pada kultur sel.
- Test immunofluorescent dari potongan-
potongan usus halus, pada kasus fatal kadang-kadang ditemukan antigen pada
bagian epitel usus halus.
- Gambaran mikroskopis dengan menggunakan
mikroskop electron.
- Ditemukan nekropsi pada infeksi eksperimental
- Kadang-kadang terjadi dilatasi usus halus
yang berisi gas dan material hijau kekuning-kuningan yang encer.
- Ditemukannya kongesti atau hemoragi yang
disertai dengan pengecilan mesenterikal limponodus dan udema.
- Atropi dan penggabunagn fili-fili usus
terutama pada bagian kripta, meningkatnya lapisan sel lamina propria serta
perataan pada epitel sel yang diikuti oleh munculnya sel goblet.
- Lesi sebagian besar tidak jelas terutama pada
pemeriksaan dengan autolisis postmortem
Differensial Diagnosa:
- Penyakit yang disebabkan virus, bakteri dan
protozoa penyebab diare.
- Keracunan makanan.
Test yang dilakukan terhadap sampel
penyakit ini antara lain:
- Test Serologis
- Titer Antibodi, biasanya pada kasus penyakit
ini titer antibodi yang dihasilkan tubuh rendah tetapi tidak selalu
mengindikasikan terhadap penyakit ini karena infeksi penyakit ini bersifat
asymptomatis.
4. Pengobatan
Sebagian besar anjing yang
terinfeksi sembuh tanpa pengobatan.Sampai saat ini belum ada obat untuk
menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang ada masih berupa pengobatan suportif
untuk mengurangi gejala dan mengurangi rasa sakit kucing dengan memberikan
cairan supportif atau infus serta caiaran elektrolit guna menggantikan cairan
tubuh yang hilang . Kucing yang sakit dapat bertahan hidup 1 minggu – 1 tahun
tergantung kekebalan tubuh dan keparahan penyakit.
Dalam pengobatan antibiotik
tidak terlalu dianjurkan kecuali pada kasus yag diikuti dengan enteritis,
sepsis ataupun gangguan respirasi.
Pencegahan bisa dilakukan
dengan menjaga kebersihan kandang & peralatan, dicuci dengan sabun,
deterjen atau desinfektan. Bahan yang murah meriah & cukup efektif adalah
larutan kaporit/pemutih + 3 %. Jaga kesehatan kucing dengan pemberian nutrisi
yang cukup dan baik.
Vaksin FIP pertama digunakan
tahun 1991 di USA. Sampai saat ini efektivitas vaksin masih diperdebatkan. Sampai saat ini Vaksin FIP belum tersedia Di
Indonesia. Isolasi dan sanitasi pada lingkungan kandang. Penyakit ini menyebar
dengan sangat cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar