Senin, 07 Januari 2013

Infeksi Parvo Virus Pada Anjing ( Canine Parvovirus )


Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan Parvoviridae. Parvovirus merupakan virus yang gampang menular dan menyerang anjing segala usia, namun kematian akibat infeksi parvovirus umunya terjadi pada anak anjing. Infeksi virus ini menyerang saluran pencernaan yang mengakibatkan diare dan muntah. Virus ini dapat ditularkan melalui tinja anjing sakit yang dapat terbawa pada sepatu, baju maupun lalat.
Seperti halnya distemper, penyakit ini tidak dapat diobati sehingga vaksinasi merupakan alternatif yang terbaik. Vaksinasi awal dimulai pada saat anak anjing berumur 6 minggu kemudian diikuti dengan pengulangan. Vaksinasi parvovirus biasanya diberikan bersama-sama dengan vaksinasi distemper. Ras anjing yang sangat sensitif terhadap virus ini antara lain : Rottweiler, Doberman Pincher dan German Shepherd.

1. Etiologi dan Patogenesa
Parvo virus adalah penyakit infeksi yang cukup sering terjadi pada anjing. Penyakit ini disebabkan oleh Canine Parvovirus type 2 (CPV 2). Virus ini banyak menyerang anjing muda, yaitu pada usia 6 - 16 minggu, namun anjing tua juga dapat terjangkit walaupun jarang. Semua ras anjing dapat terserang virus ini terutama untuk ras Rottweiler, Dobermann, Golden Retriever dan Labrador Retriever.
Adapun beberapa sifat dari penyakit ini adalah :
·     Merupakan penyakit sistemik akut dengan ciri khas enteritis hemoragi.
· Fatal pada anak anjing dengan gejala kolaps sperti shock serta mati tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda enteric.
·  Juga bisa ditemukan dalam bentuk myocarditis.
·  Sebagian besar anak anjing terlindung dari infeksi ini pada saat neonatal oleh antibodi maternal.
·  Virus ini bersirkulasi dalam tubuh anak anjing.

Patofisiologi yang ditemukan pada penyakit ini adalah :
·      Canine Parvovirus (CPV) sangat berhubungan erat dengan Feline Panleukopenia Virus dan beberapa jenis parvovirus lainnya yang menginfeksi carnivora.
·       Virus ini membalah secara aktif dalam tubuh hewan.
·    Setelah masuknya virus ini secara ingesti dalam kurun waktu 2-4 hari akan terjadi periode viremia yang bersamaan dengan bertumbuhnya virus pada jaringan limfatik.
·      Infeksi limfatik pada awalnya dihubungkan dengan linpopenia dan infeksi pencernaan yang diikuti oleh tanda-tanda klinis.
·     Pada hari ke-3 setelah infeksi akan ditemukan pembelahan pada crypta sel pada lapisan epitel dinding usus halus.
·    Virus sudah dapat ditemukan didalam feses pada hari ke 3-4 setelah terinfeksi sampai ditemukannya gejala-gejala klinis.
·    Virus akan berhenti tumbuh pada hari ke 8-12.
·  Absorpsi endotoxin bakteri dari mukosa usus yang rusak memainkan peranan yang paling penting dalam penyebaran penyakit ini.
·    Tingkat keparahan penyakit ini tergantumg pada dosis viral serta tipe antigenic yang dihasilkannya.
Adapun sistem yang dipengaruhi oleh penyakit ini antara lain :
1.      Cardiovascular, myocarditis diikuti dengan kematian tiba-tiba.
2.      Gastrointestinal, perubahan pada crypta sel pada dinding usus halus yang berbatasan dengan epitelium, kadang-kadang diikuti dengan diare, hemoragi, muntah dehidrasi, shock septic serta endotoxin.
3.      sistem limfaticus dan imun.

2. Gejala Klinis
Gejala penyakit Parvo yang paling spesifik adalah muntah dan diare berdarah yang terjadi berulang-ulang. Gejala lainnya adalah lesu, tidak mau makan dan demam. Bila muntah dan diare berlangsung terus maka anjing akan mengalami dehidrasi dan kehilangan berat badan Tanpa adanya penanggulangan yang tepat maka anak anjing biasanya tidak dapat bertahan hidup.
Gejala umum penyakit ini adalah hilangnya napsu makan, muntah, sampai dengan diare berdarah. Virus ini juga dapat menekan sistem kekebalan sehingga anjing dapat dengan mudah terinfeksi oleh bakteri. Kematian biasanya diakibatkan oleh dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh akibat diare dan muntah yang hebat.

3. Diagnosa
Diagnosa Parvo Virus dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis nya, atau yang lebih modern adalah dengan memakai kit diagnostik parvo dengan sample dari kotoran/feses anjing.
Differensial Diagnosa
·         Infeksi Canine Coronavirus
·         Salmonellosis, collibasillosis, dan infeksi bakteri enteric lainnya.
·         Adanya benda asing dalam saluran pencernaan.
·         Parasit gastrointestinal.
·         Gastroenteritis hemoragi.
·         Keracunan.

Adapun test yang dalam dilakukan dalam pengujian sampel ini antara lain:
1.  Urinalisis dan Biokimia ditemukan adanya :
·     limpopenia
·     neutropenia
·     leukosis umumnya ditemukan selama masa penyembuhan.
·     Gambaran kimia serum membantu memperkirakan ketidakseimbangan elektrolit (terutama pada kasus hipocalsemia yang berhubungan dengan dehidrasi, panhipoproteinemia, dan hipoglisemia)
2.  Test serologis tidak terlalu diagnostik karena anjing kadang-kadang memiliki titer antibodi yang tinggi karena vaksinasi atau antibodi maternal.

4. Pengobatan
Terapi infeksi Parvo virus meliputi terapi simptomatis dan supportif. Terapi supportif berupa pamberian infus diperlukan mengingat hewan kehilangan elektrolit tubuh akibat diare dan muntah. Penggantian cairan yang hilang dilakukan dengan memberikan infus Lactat Ringer dan 5 % Dextrose. Antibiotik yang dapat digunakan adalah antibiotik spektrum luas di antaranya Ampicillin dan Gentamicin. Antibiotik ini bertujuan untuk mencegah infeksi skunder akibat kondisi hewan yang lemah. Anti muntah dan vitamin juga dapat diberikan.

5. Pencegahan
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi Parvo Virus :
·         Membeli anjing yang telah divaksin terhadap Parvo
·         Induk anjing sebelum dipacak harus dilengkapi vaksinasinya, agar anakan mendapat maternal immunity yang cukup dari air susu induknya.
·         Lingkungan tempat tinggal anjing harus selalu dijaga kebersihannya.
·         Nutrisi dan gizi untuk anak anjing harus diperhatikan untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
·         Anakan anjing berusia di bawah 3 bulan sebaiknya tidak kontak dengan anjing lain yang belum jelas status kesehatannya.
Follow twitter @ardas__bgenk or Facebook : Hardiansyah GS
email : drh.hardiansyah@gmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar